Bunga Rafflesia
Rafflesia yang
banyak dikenal masyarakat adalah jenis Rafflesia Arnoldii. Jenis ini hanya tumbuh di hutan sumatera bagian selatan, terutama
Bengkulu. Satu tempat yang paling bagus dan mudah untuk menemukan bunga
rafflesia arnoldii ini adalah di hutan sepanjang jalan Bengkulu-Curup setelah
Kepahyang. Di Bengkulu sendiri, bunga
rafflesia telah dijadikan sebagai motif utama batik besurek (batik khas
Bengkulu) sejak lama.
Ciri utama yang membedakan rafflesia dengan bunga bangkai secara awam adalah
bentuknya yang melebar (bukan tinggi) dan berwarna merah. Ketika mekar, bunga
ini bisa mencapai diameter sekitar 1 meter dan tinggi 50 cm. Bunga rafflesia
tidak memiliki akar, tangkai, maupun daun. Bunganya memiliki 5 mahkota. Di
dasar bunga yang berbentuk gentong terdapat bunga sari atau putik, tergantung
jenis kelamin bunga. keberadaan putik dan benang sari yang tidak dalam satu
rumah membuat presentase pembuahan yang dibantu oleh serangga lalat sangat
kecil, karena belum tentu dua bunga berbeda kelamin tumbuh dalam waktu
bersamaan di tempat yang berdekatan. Masa pertumbuhan bunga ini memakan waktu
sampai 9 bulan, tetapi masa mekarnya hanya 5-7 hari. Setelah itu rafflesia akan
layu dan mati.
Rafflesia
merupakan tumbuhan parasit obligat pada tumbuhan merambat (liana) tetrasigma
dan tinggal di dalam akar tersebut seperti tali. Sampai saat ini Rafflesia
tidak pernah berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan apabila akar
atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu Raflesia
membutuhkan habitat hutan primer untuk dapat bertahan hidup.
Sedikit informasi, selama 200an tahun tumbuh-tumbuhan dari genus Rafflesiaceae
sulit diklasifikasikan karena karakteristik tubuh yang tidak umum. Berdasarkan
penelitian DNA oleh para ahli botani di Universitas Harvard baru-baru ini,
rafflesia dimasukkan ke dalam family Euphorbiaceae, satu keluarga dengan pohon
karet dan singkong. Tapi hal ini masih belum terpublikasi dengan baik.
Bunga bangkai merupakan bunga terbesar di
dunia, tinggi bunga dapat mencapai 2 m, dengan diameter bunga ketika mekar
penuh mencapai 1,5 m. Karena keberadaannya sudah jarang ditemukan maka bunga
raksasa ini termasuk kategori dalam tanaman langka nusantara yang dilindungi
oleh pemerintah Indonesia. Bunga bangkai pertama kali ditemukan oleh Odorado
Beccari ahli botani dari Itali pada tahun 1878 di pulau Sumatera.
Kemudian biji dari bunga bangkai
tersebut dibawa ke negara asalnya Itali untuk ditanam dan diteliti di the Royal
Botanic Gardens Kew, dan pertama kali berbunga pada tahun 1889. Taman Wisata
Mekarsari sebagai taman terlengkap dalam hal koleksi tanaman umum maupun
tanaman langka memiliki berbagai varietas dari bunga bangkai seperti :Amorphophallus
titanum, Amorphophallus paeoniifolius, Amorphophallus campanulatus,
Amorphophalus gigantus, dan lain sebagainya. Salah satu bunga bangkai
koleksi Taman Wisata Mekarsari dari spesies Amorphophallus titanum,
terakhir mekar pada tanggal 11 November 2009 dengan tinggi bunga mencapai 2,3
m, lingkar bunga 1,30 cm dan lebar tajuk 1,25 m.Bobot umbi ± 8 kg. Semakin
berat bobot umbi semakin besar bunga yang akan dihasilkannya
Perkembangan bunga bangkai sampai
membentuk bunga memerlukan proses waktu yang sangat lama. Satu kali masa
vegetatif (pertumbuhan daun) membutuhkan waktu 7 – 8 bulan. Setelah daunnya
mati dan kering, umbi didalam tanah akan bertambah besar kemudian akan
berlanjut menjadi fase vegetatif (pertumbuhan bunga). Setelah melalui 2 – 3
kali masa vegetatif maka selanjutnya masa generatif (tumbuh bunga). Pertumbuhan
dari tunas mulai muncul sampai bunga mekar membutuhkan waktu 3 minggu.Rata-rata
pertambahan panjang bunga setiap harinya adalah 4 – 6 cm. Misi yang diemban
oleh Taman Wisata Mekarsari dalam memperkenalkan dan melestarikan berbagai
jenis bunga raksasa ini adalah sejalan dengan konsep 4-si (Konservasi,
Reboisasi, Edukasi, dan Rekreasi) yang selama ini telah dicanangkan oleh Taman
Wisata Mekarsari. Sehingga diharapkan masyarakat menjadi lebih kenal dan peduli
terhadap tanaman langka nusantara, khususnya dari jenis bunga raksasa.