Festival
Tabot di Bengkulu merupakan salah satu perayaan budaya tahunan yang menarik
untuk disaksikan. Atraksi budaya berbalut agama ini bahkan digemari wisatawan
domestik dan mancanegara. Saat upacara digelar maka dipastikan ratusan bahkan
ribuan orang tumpah-ruah di sepanjang jalan dan lapangan utama kota Bengkulu
untuk menyaksikan berbagai tahapan prosesi menarik dan sakral tersebut.
Festival
Tabot di Bengkulu selain menggelar upcara ritual, biasanya juga dimeriahkan
pertunjukan seni, pasar rakyat, pameran kriya, serta lomba delman hias, rebana,
tari tabot, dan beragam acara seni lainnya. Apabila Anda datang sehari
sebelumnya maka jangan lewatkan melihat tabot utama dan tabot kecil dipamerkan
dengan lampu kerlap-kerlip menghiasi gelapnya malam di kota Bengkulu.
Festival
Tabot di Bengkulu menggelar prosesi pengambilan tanah dari tempat yang
ditentukan untuk kemudian ditempatkan dalam replika keranda Imam Husein.
Berikutnya diiringi lantunan musik tradisional maka puluhan tabot akan diarak
mengelilingi kampung di Bengkulu. Anda akan mendengar iringan tabot ditemani
suara alat musik dol yang berbentuk tambur bulat terbuat dari akar bagian bawah
pohon kelapa. Perayaan ini layaknya parade kendaraan hias dimana prosesi akhir
adalah pembuangan tabot di Karbela yaitu sekira 3 km dari lokasi festival.
Pengarakan tabot ke tempat pembuangan ini merupakan acara puncak Festival
Tabot.
Upacara
Tabot bagi masyarakat Bengkulu merupakan nilai agama yang sakral sekaligus
mengandung nilai sejarah dan sosial. Upacara Tabot juga sebagai perayaan untuk
menyambutan tahun baru Islam. Ada banyak pesan moral dan sosial dari ritual
Tabot bagi masyarakat Bengkulu. Salah satunya adalah selain manifestasi
kecintaan dan mengenang kepahlawanan Imam Hussein bin Ali, juga mengingatkan
manusia terhadap praktik penghalalan segala cara untuk menuju puncak kekuasaan
dan simbolisasi dari sebuah keprihatinan sosial.
Tabot di
Bengkulu merupakan tradisi untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu
Nabi Muhammad Saww, Husein bin Ali bin Abi Thalib, dalam peperangan di padang
Karbala, Irak, pada 10 Muharam 61 Hijriah (681 M) menentang kekuasaan Bani
Umayyah yang saat itu pimpinan Yazid bin Muawiyah dan Gabernur 'Ubaidillah bin
Ziyad. Kejadian tragis tersebut di Bengkulu digelar menjadi sebuah ritual
budaya rutin setiap tahunnya yang digelar setiap tanggal 1 hingga 10 Muharram
(Kalendar Islam Hijriah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar